TEMPO.CO, Mataram - Burung-burung itu beristirahat di Bagek Kembar sebelum melanjutkan perjalanan ke Australia. Biasanya mereka berdatangan pada musimnya, Juli - Agustus. Terdapat sekitar 18 spesies burung yang singgah di sana.
Mereka kerap hinggap di desa wisata mangrove yang dikelola oleh Kelompok Masyarakat Pengelola Ekowisata Mangrove (Pokmaslawisma) Bagek Kembar.
Bagek Kembar berjarak sekitar 35 kilometer dari kota Mataram atau memerlukan waktu tempuh sekitar 90 menit berkendaraan darat. Lokasinya berada di Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, berdekatan dengan Pelabuhan Gili Mas - tempat berlabuhnya kapal pesiar antar negara -dan pelabuhan penyeberangan Lembar.
Kebetulan pula, yang didarati burung-burung itu merupakan area hutan mangrove yang dikelola Pokmaslawisma Bagek Kembar. Usaha mereka melestarikan alam didukung oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Di sana telah dilakukan rehabilitasi kawasan pesisir mulai dari Lembar hingga di Cendi Manik seluas 50 hektar. Sejak 2016 telah ditanam sebanyak 120 ribu batang pohon mangrove, yang saat ini ketinggiannya ada yang mencapai tiga meter.
Namun penanaman pohon mangrove atau bakau itu tak berhenti. Pada Sabtu 23 November 2019, Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat (BI NTB) bersama Generasi Baru Indonesia (GenBI) yang merupakan komunitas mahasiswa penerima beasiswa Bank Indonesia, menanam 8.000 pohon mangrove.
Generasi Baru Indonesia (GenBI) yang merupakan komunitas mahasiswa penerima beasiswa Bank Indonesia, menanam 8.000 pohon mangrove. Dok. BI NTB
Mereka juga memperbaiki dan mempercantik sarana kawasan Ekowisata Mangrove Bagek Kembar sebagai destinasi wisata kawasan konservasi mangrove di Sekotong, Lombok Barat.
Kepala Perwakilan BI NTB Achris Sarwani mengajak anak muda NTB dan masyarakat secara umum untuk sama-sama menanam mangrove guna tetap menjaga kelestarian alam NTB, ''Ini mangroveku, mana mangrovemu," katanya.
Sejak dua tahun terakhir ini, di Bagek Kembar telah didesain ekowisata berbasis masyarakat. Untuk berwisata ke sana, dari jalan raya sejauh satu kilometer telah tersedia jalan beraspal. Kemudian di kawasan mangrove itu pengunjung bisa berjalan kaki melalui jalan setapak yang terbuat dari papan kayu dan bambu sepanjang 80 meter.
Atau mengggunakan perahu kano yang disiapkan untuk mengelilingi hutan mangrove tersebut. Dari ujung barat di Dusun Madak Belik sampai ujung timur di Dusun Bertong sejauh sekitar 2.000 meter. Juga ada fasilitas menara pandang setinggi 12 meter, yang bisa menampung empat orang untuk melihat kawasan sekitarnya dan berswafoto.
Ketua Pokmaslawima Bagek Kembar Haji Agus Alwi kepada Tempo, atraksinya adalah 3E yaitu ekologi, ekonomi dan edukasi. Setiap harinya dikunjungi rata-rata 500 orang. Mereka belum dipungut tiket masuk tetapi hanya dikenai uang parkir kendaraan Rp2.000-Rp5.000.
Para penerima beasiswa BI, GenBi, menanam pohon mangrove di kawasan Bagek Kembar. Dok. BI NTB
"burung" - Google Berita
November 27, 2019 at 09:00AM
https://ift.tt/2DiQt17
Menjemput Burung Migran di Hutan Mangrove Bagek Kembar - Tempo
"burung" - Google Berita
https://ift.tt/30iE0IL
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Menjemput Burung Migran di Hutan Mangrove Bagek Kembar - Tempo"
Post a Comment